Jumat, 19 November 2010

Infeksi Saluran Pernafasan

Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.
Berikut ini penelasan mengenai macam2 infeksi saluran pernafasan dan penatalaksanaanya:

1.      OTITIS MEDIA

Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi menjadi otitis Media Akut,Otitis media Efusi dan Otitis Media Kronik.
Infeksi ini banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media mempunyai puncak insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan sebab sekunder yaitu menurunnya imunokompetensi pada anak.
  
ETIOLOGI & PATOGENESIS
TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB

Otitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal. otalgia. otorrhea, iritabiiitas,
kurang istirahat. nafsu makan turun serta demam. Otitis media akut dapat menyebabkan nyeri, hilangnya pendengaran. demam leukositosis. Manifestasi otitis media pada anak-anak kurang dari 3 tahun seringkali bersifat non-spesifik seperti iritabiiitas, demam, terbangun pada malam hari nafsu makan turun, pilek dan tanda rhinitisi konjungtivitis.Otitis media efusi ditandai dengan adanya cairan di rongga telinga bagian tengah tanpa disertai tanda peradangan akut. Manifestasi klinis otitis media kronik adalah dijumpainya cairan (Otorrhea) yang purulen sehingga diperlukan drainase. Otorrhea semakin meningkat pada saat infeksi saluran pernapasan atau setelah terekspose air. Nyeri jarang dijumpai pada otitis kronik, kecuali pada eksaserbasi akut. Hilangnya pendengaran disebabkan oleh karena destruksi membrana timpani dan tulang rawan. Pada kebanyakan kasus, otitis media disebabkan oleh virus, namun sulit dibedakan etiologi antara virus atau bakteri berdasarkan presentasi klinik maupun pemeriksaan menggunakan otoskop saja. Otitis media akut biasanya diperparah oleh infeksi pernapasan atas yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan oedema pada tuba eustachius.
Hal ini berakibat pada akumulasi cairan dan mukus yang kemudian terinfeksi oleh bakteri. Patogen yang paling umum menginfeksi pada anak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzas, Moraxella catarrhalis.


PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO

Oleh karena sebagian besar otitis media didahului oleh infeksi pernapasan atas, maka metode penularan adalah sama seperti pada infeksi pernapasan tersebut. Faktor risiko untuk mengalami otitis media semakin tinggi pada anak dengan "otitis-prone" yang mengalami infeksi pernapasan atas.

KOMPLIKASI

Komplikasi otitis media meliputi :
     Mastoiditis
     Paralisis syaraf ke-7
     Thrombosis sinus lateral
     Meningitis
     Abses otak
     Labyrinthitis.

RESISTENSI

Pola resistensi terhadap H. influenzae dan M. catarrhalis dijumpai di berbagai belahan dunia. Organisme ini memproduksi enzim a-laktamase yang menginaktifasi antibiotika betalaktam, sehingga terapi menggunakan amoksisilin seringkali gagal. Namun dengan penambahan inhibitor betalaktamase ke dalam formula amoksisilin dapat mengatasi permasalahan ini.

TERAPI
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi nyeri, eradikasi infeksi, dan mencegah komplikasi.

TERAPI POKOK

Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotika oral dan tetes bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari bagi pasien risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki riwayat otitis ulangan ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien risikotinggi. Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua diindikasikan bila:
-  antibiotika pilihan pertama gagal
-  riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama
-  hipersensitivitas
-  Organisme resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang dibuktikan dengan tes sensitifitas
-  adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua.

Untuk pasien dengan sekret telinga (otorrhea), maka disarankan untuk menambahkan terapi tetes telinga ciprofloxacin atau ofloxacin.

Pilihan terapi untuk otitis media akut yang persisten yaitu otitis yang menetap 6 hari setelah menggunakan antibiotika, adalah memulai kembali antibiotika  dengan memilih antibiotika yang berbeda dengan terapi pertama.

Profilaksis bagi pasien dengan riwayat otitis media ulangan menggunakan amoksisilin 20mg/kg satu kali sehari selama 2-6 bulan berhasil mengurangi insiden otitis media sebesar 40-50%.

Antibiotika pada Terapi pokok Otitis Media
Antibiotika
             Dosis
            Keterangan
Lini Pertama


Amoksisilin
Anak: 20-40mg/kg/hari  terbagi dalam 3 dosis
Dewasa:40mg/kg/hari
terbagi dalam 3 dosis
Untuk pasien risiko rendah yaitu: Usia>2th, tidak mendapat antibiotika
selama 3 bulan terakhir

Anak 80mg/kg/hari  terbagi dlm 2 dosis
Dewasa:80mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis
Untuk pasien rlsiko tinggi
Lini Kedua


Amoksisilin-
klavulanat

Anak:25-45mg/kg/hari
terbagi dlm  2 dosis
Dewasa:2x875mg

    1 dosis untuk otitis media yang baru 3 hari terapi untuk otitis yang resisten

Kotrimoksazol
Anak: 6-12mg TMP/30-
60mg SMX/kg/hari
terbagi dlm 2 dosis
Dewasa: 2 x 1-2 tab


Cefuroksim
Anak: 40mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis
Dewasa:2 x 250-500 mg  
dosis Dewasa: 2 x 200mg
Ceftriaxone

Anak: 50mg/kg; max 1 g; i.m.

Cefprozit
Anak: 30mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis
Dewasa: 2 x 250-500mg

Cefixime
Anak:8mg/kg/hari terbagi dlm 1-2 dosis
Dewasa: 2 x 200mg
1 dosis  untuk  otitis media yang baru 3 hari terapi untuk otitis yang resisten



TERAPI PENUNJANG

Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik memberikan kenyamanan khususnya pada anak. Terapi penunjang lain dengan menggunakan dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid pada otitis media akut tidak direkomendasikan, mengingat tidak memberikan keuntungan namun justru meningkatkan risiko efek samping. Dekongestan dan antihistamin hanya direkomendasikan bila ada alergi yang dapat berakibat kongesti pada saluran napas atas. Sedangkan kortikosteroid oral mampu mengurangi efusi pada otitis media kronik lebih baik daripada antibiotika tunggal. Penggunaan Prednisone 2x5mg selama 7 hari bersama-sama antibiotika efektif menghentikan efusi.
            
                                   
2. SINUSITIS

Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas. Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39°C) selama 3-4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan. Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu. Sinusitis bakteri dapat pula terjadi sepanjang tahun oleh karena sebab selain virus, yaitu adanya obstruksi oleh polip, alergi, berenang, benda asing, tumor dan infeksi gigi. Sebab lain adalah immunodefisiensi. abnormalitas sel darah putih dan bibir sumbing.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB

Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih dapat pula disertai bau. Nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi. Tanda umum terdiri dari batuk, demam tinggi, sakit kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan, malaise. Sinusitis bakteri akut umumnya berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran napas atas. Bakteri yang paling umum menjadi penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Moraxelta catarrhalis. Patogen yang menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob dan S. aureus.

PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO

Penularan sinusitis adalah melalui kontak langsung dengan penderita melalui udara. Oleh karena itu untuk mancegah penyebaran sinusitis, dianjurkan untuk memakai masker (penutup hidung), cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita. Faktor predisposisi sinusitis adalah sebagai benkut   :
  ISPA yang disebabkan oleh virus
  Rhinitis oleh karena alergi maupun non-alergi
  Obstruksi nasal
  Pemakaian "nasogastric tube"

KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat sinusitis yang tidak tertangani dengan baik adalah :
   Meningitis
   Septikemia

RESISTENSI
Resistensi yang terjadi pada sinusitis umumnya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae yang menghasilkan enzim beta-laktamase, sehingga resisten terhadap penicillin, amoksisilin, maupun kotrimoksazol. Hal ini diatasi dengan memilih preparat amoksisilin-Klavulanat atau fluoroquinolon.

TERAPI
Tujuan dari terapi adalah membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret, dan mengeradikasi kuman.

Antibiotika yang dapat dipilih pada terapi sinusitis

Agen Antibiotika
Dosis
SINUSITIS AKUT

Lini pertama

Amoksisilin/Amoksisilin-clav
Anak: 20-40mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis /25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis
Dewasa: 3 x 500mg/ 2 x 875 mg

Kotrimoxazol   
Anak: 6-12mg TMP/30-60mg SMX/kg/hari terbagi dlm 2 dosis   Dewasa: 2 x 2tab dewasa
Eritromisin
Anak: 30—50mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam
Dewasa: 4 x 250-500mg

Doksisiklin
Dewasa: 2 x 100mg
Lini kedua

Amoksi-clavulanat
Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis  Dewasa:2   x 875mg

Cefuroksim
2 x 500mg
Klaritromisin
Anak:15mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 2 x 250mg

Azitromisin
1  x 500mg, kemudian 1x250mg  selama   4   hari berikutnya.

Levofloxacin
Dewasa:1 x 250-500mg
SINUSITIS KRONIK
Amoksi-clavulanat
Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis 
Dewasa:2   x 875mg
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar