Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis.
Berikut ini penelasan mengenai macam2 infeksi saluran pernafasan dan penatalaksanaanya:
1. OTITIS MEDIA
Otitis media merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah dan terbagi menjadi otitis Media Akut,Otitis media Efusi dan Otitis Media Kronik.
Infeksi ini banyak menjadi problem pada bayi dan anak-anak. Otitis media mempunyai puncak insiden pada anak usia 6 bulan-3 tahun dan diduga penyebabnya adalah obstruksi tuba Eustachius dan sebab sekunder yaitu menurunnya imunokompetensi pada anak.
ETIOLOGI & PATOGENESIS
TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB
Otitis media akut ditandai dengan adanya peradangan lokal. otalgia. otorrhea, iritabiiitas,
kurang istirahat. nafsu makan turun serta demam. Otitis media akut dapat menyebabkan nyeri, hilangnya pendengaran. demam leukositosis. Manifestasi otitis media pada anak-anak kurang dari 3 tahun seringkali bersifat non-spesifik seperti iritabiiitas, demam, terbangun pada malam hari nafsu makan turun, pilek dan tanda rhinitisi konjungtivitis.Otitis media efusi ditandai dengan adanya cairan di rongga telinga bagian tengah tanpa disertai tanda peradangan akut. Manifestasi klinis otitis media kronik adalah dijumpainya cairan (Otorrhea) yang purulen sehingga diperlukan drainase. Otorrhea semakin meningkat pada saat infeksi saluran pernapasan atau setelah terekspose air. Nyeri jarang dijumpai pada otitis kronik, kecuali pada eksaserbasi akut. Hilangnya pendengaran disebabkan oleh karena destruksi membrana timpani dan tulang rawan. Pada kebanyakan kasus, otitis media disebabkan oleh virus, namun sulit dibedakan etiologi antara virus atau bakteri berdasarkan presentasi klinik maupun pemeriksaan menggunakan otoskop saja. Otitis media akut biasanya diperparah oleh infeksi pernapasan atas yang disebabkan oleh virus yang menyebabkan oedema pada tuba eustachius.
Hal ini berakibat pada akumulasi cairan dan mukus yang kemudian terinfeksi oleh bakteri. Patogen yang paling umum menginfeksi pada anak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzas, Moraxella catarrhalis.
PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO
Oleh karena sebagian besar otitis media didahului oleh infeksi pernapasan atas, maka metode penularan adalah sama seperti pada infeksi pernapasan tersebut. Faktor risiko untuk mengalami otitis media semakin tinggi pada anak dengan "otitis-prone" yang mengalami infeksi pernapasan atas.
KOMPLIKASI
Komplikasi otitis media meliputi :
• Mastoiditis
• Paralisis syaraf ke-7
• Thrombosis sinus lateral
• Meningitis
• Abses otak
• Labyrinthitis.
RESISTENSI
Pola resistensi terhadap H. influenzae dan M. catarrhalis dijumpai di berbagai belahan dunia. Organisme ini memproduksi enzim a-laktamase yang menginaktifasi antibiotika betalaktam, sehingga terapi menggunakan amoksisilin seringkali gagal. Namun dengan penambahan inhibitor betalaktamase ke dalam formula amoksisilin dapat mengatasi permasalahan ini.
TERAPI
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengurangi nyeri, eradikasi infeksi, dan mencegah komplikasi.
TERAPI POKOK
Terapi otitis media akut meliputi pemberian antibiotika oral dan tetes bila disertai pengeluaran sekret. Lama terapi adalah 5 hari bagi pasien risiko rendah (yaitu usia > 2 th serta tidak memiliki riwayat otitis ulangan ataupun otitis kronik) dan 10 hari bagi pasien risikotinggi. Rejimen antibiotika yang digunakan dibagi menjadi dua pilihan yaitu lini pertama dan kedua. Antibiotika pada lini kedua diindikasikan bila:
- antibiotika pilihan pertama gagal
- riwayat respon yang kurang terhadap antibiotika pilihan pertama
- hipersensitivitas
- Organisme resisten terhadap antibiotika pilihan pertama yang dibuktikan dengan tes sensitifitas
- adanya penyakit penyerta yang mengharuskan pemilihan antibiotika pilihan kedua.
Untuk pasien dengan sekret telinga (otorrhea), maka disarankan untuk menambahkan terapi tetes telinga ciprofloxacin atau ofloxacin.
Pilihan terapi untuk otitis media akut yang persisten yaitu otitis yang menetap 6 hari setelah menggunakan antibiotika, adalah memulai kembali antibiotika dengan memilih antibiotika yang berbeda dengan terapi pertama.
Profilaksis bagi pasien dengan riwayat otitis media ulangan menggunakan amoksisilin 20mg/kg satu kali sehari selama 2-6 bulan berhasil mengurangi insiden otitis media sebesar 40-50%.
Antibiotika pada Terapi pokok Otitis Media
Antibiotika | Dosis | Keterangan |
Lini Pertama | | |
Amoksisilin | Anak: 20-40mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis Dewasa:40mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis | Untuk pasien risiko rendah yaitu: Usia>2th, tidak mendapat antibiotika selama 3 bulan terakhir |
| Anak 80mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa:80mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis | Untuk pasien rlsiko tinggi |
Lini Kedua | | |
Amoksisilin- klavulanat | Anak:25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa:2x875mg | 1 dosis untuk otitis media yang baru 3 hari terapi untuk otitis yang resisten |
Kotrimoksazol | Anak: 6-12mg TMP/30- 60mg SMX/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 2 x 1-2 tab | |
Cefuroksim | Anak: 40mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa:2 x 250-500 mg dosis Dewasa: 2 x 200mg | |
Ceftriaxone | Anak: 50mg/kg; max 1 g; i.m. | |
Cefprozit | Anak: 30mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 2 x 250-500mg | |
Cefixime | Anak:8mg/kg/hari terbagi dlm 1-2 dosis Dewasa: 2 x 200mg | 1 dosis untuk otitis media yang baru 3 hari terapi untuk otitis yang resisten |
TERAPI PENUNJANG
Terapi penunjang dengan analgesik dan antipiretik memberikan kenyamanan khususnya pada anak. Terapi penunjang lain dengan menggunakan dekongestan, antihistamin, dan kortikosteroid pada otitis media akut tidak direkomendasikan, mengingat tidak memberikan keuntungan namun justru meningkatkan risiko efek samping. Dekongestan dan antihistamin hanya direkomendasikan bila ada alergi yang dapat berakibat kongesti pada saluran napas atas. Sedangkan kortikosteroid oral mampu mengurangi efusi pada otitis media kronik lebih baik daripada antibiotika tunggal. Penggunaan Prednisone 2x5mg selama 7 hari bersama-sama antibiotika efektif menghentikan efusi.
2. SINUSITIS
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas. Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39°C) selama 3-4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan. Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu. Sinusitis bakteri dapat pula terjadi sepanjang tahun oleh karena sebab selain virus, yaitu adanya obstruksi oleh polip, alergi, berenang, benda asing, tumor dan infeksi gigi. Sebab lain adalah immunodefisiensi. abnormalitas sel darah putih dan bibir sumbing.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB
Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih dapat pula disertai bau. Nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi. Tanda umum terdiri dari batuk, demam tinggi, sakit kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan, malaise. Sinusitis bakteri akut umumnya berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran napas atas. Bakteri yang paling umum menjadi penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Moraxelta catarrhalis. Patogen yang menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob dan S. aureus.
PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO
Penularan sinusitis adalah melalui kontak langsung dengan penderita melalui udara. Oleh karena itu untuk mancegah penyebaran sinusitis, dianjurkan untuk memakai masker (penutup hidung), cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita. Faktor predisposisi sinusitis adalah sebagai benkut :
• ISPA yang disebabkan oleh virus
• Rhinitis oleh karena alergi maupun non-alergi
• Obstruksi nasal
• Pemakaian "nasogastric tube"
KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat sinusitis yang tidak tertangani dengan baik adalah :
• Meningitis
• Septikemia
RESISTENSI
Resistensi yang terjadi pada sinusitis umumnya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae yang menghasilkan enzim beta-laktamase, sehingga resisten terhadap penicillin, amoksisilin, maupun kotrimoksazol. Hal ini diatasi dengan memilih preparat amoksisilin-Klavulanat atau fluoroquinolon.
TERAPI
Tujuan dari terapi adalah membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret, dan mengeradikasi kuman.
Antibiotika yang dapat dipilih pada terapi sinusitis
Agen Antibiotika | Dosis |
SINUSITIS AKUT | |
Lini pertama | |
Amoksisilin/Amoksisilin-clav | Anak: 20-40mg/kg/hari terbagi dalam 3 dosis /25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 3 x 500mg/ 2 x 875 mg |
Kotrimoxazol | Anak: 6-12mg TMP/30-60mg SMX/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 2 x 2tab dewasa |
Eritromisin | Anak: 30—50mg/kg/hari terbagi setiap 6 jam Dewasa: 4 x 250-500mg |
Doksisiklin | Dewasa: 2 x 100mg |
Lini kedua | |
Amoksi-clavulanat | Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa:2 x 875mg |
Cefuroksim | 2 x 500mg |
Klaritromisin | Anak:15mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa: 2 x 250mg |
Azitromisin | 1 x 500mg, kemudian 1x250mg selama 4 hari berikutnya. |
Levofloxacin | Dewasa:1 x 250-500mg |
SINUSITIS KRONIK | |
Amoksi-clavulanat | Anak: 25-45mg/kg/hari terbagi dlm 2 dosis Dewasa:2 x 875mg |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar